.:: Jasa Membuat Aplikasi Website,Desktop,Android Order Now..!! | | Order Now..!! Jasa Membuat Project Arduino,Robotic,Print 3D ::.

DARI PADI LIMA RAPA NDAWI, PAPE TANGA KEMA MBANA TAU JI'E NAJA

0 komentar
�Bergandengan tangan dan bersanding, merencanakan, berkarya untuk mengharumkan nama�.

"Belajar dari alam binatang, membuat kita takjub akan Ciptaan Tuhan."
ARI PADI LIMA RAPA NDAWI
Ada seorang profesor dari Inggris melakukan penelitian tentang kebiasaan seekor semut. Hari pertama, dia meletakkan segenggam nasi yang jaraknya tak terlampau jauh dari sebuah sarang semut. Setelah menunggu tak lebih dari lima menit secara tidak diduga datang serombongan semut mendekati nasi tersebut. Dan kemudian mereka mengangkat sebutir nasi secara satu persatu sampai nasi itu habis. Melihat peristiwa tersebut Profesor tersebut berdecak kagum dan sambil menuliskan hasil pengamatannya tadi.


Hari kedua, profesor tersebut melakukan suatu percobaan yang cukup unik. Dia mencari sebuah sarang semut yang cukup besar. Setelah ditemukannya sarang semut tersebut, sang profesor langsung menghancurkan sarang semut tersebut. Karena merasa sarangnya diganggu. Maka semut pun berhamburan keluar dan naik ke atas sepatu dan celana profesor itu, dan mulai melakukan pembalasan. Mereka menggingitnya dengan semangat. Tidak hanya satu tapi ratusan semutpun ikut membantu. Mereka tak peduli pada bahaya yang mengancam. Bisa jadi badan mereka hancur dan remuk oleh tangan dan sepatu sang profesor.

Lewat pengamatannya selama dua hari tersebut sang profesor menemukan banyak karakter positif dari semut. Dan hebatnya karakter semut yang seakan sudah menjadi filosofi hidup para semut, dapat dijadikan pedoman hidup kita. Memang filosofi itu sangat sederhana, namun jika kita dapat menerapkannya, kita akan menjadi pekerja handal yang luar biasa.

Mari !! Kita coba menyimak filosofi semut yang hebat berikut ini:

1. Semut selalu bekerjasama

Coba kita perhatikan cara kerja semut, mulai dari mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka. Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula bersama-sama. Kerjasama dan kekompakan para semut bisa kita jadikan teladan. Misalnya, sesama kita dalam Ende Lio Sare Pawe mengalami kesulitan, apa salahnya jika kita membantu. Toh hasilnya bukan untuk kepentingan pribadi semata, namun demi kepentingan kita bersama orang Ende Lio.

2. Semut saling peduli

Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam hidup kita, sentuhan yang berarti 'care' memberi arti tersendiri bagi sesama kita. Bayangkan, apa jadinya jika di dalam bingkai Ende Lio, kita sudah tidak saling peduli. Tentunya itu sangat menyiksa batin sesama kita. Yahh�yah�itu pasti.

3. Semut tidak pernah menyerah.

Bila kita menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang sangat bagus,. Jangan sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan, visi dan misi kita sendiri.

4. Semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin.

Ini adalah cara pandang yang penting. Kita tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut- semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realistis. Di musim panas kita harus memikirkan tentang halilintar. Kita seharusnya memikirkan badai sewaktu kita menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan, seperti halnya 'sedia payung sebelum hujan'.

5. Semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas.

Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, "Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini." Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.

6. Semut adalah pribadi yang tidak mementingkan diri sendiri, penolong dan penuh perhatian terhadap teman-temannya. Jadi setidaknya kita termotivasi untuk menjadi manusia yang senantiasa memikirkan kebaikan orang lain sebagaimana para semut, dan mengaplikasikan sifat-sifat semut kedalam alur berpikir kita.

Dengan menjaga kerjasama, kekompokkan, saling peduli, kerja keras, pantang menyerah, dan optimis memandang masa depan. Mengapa demikian ? Tentu saja karena kita lebih hebat dari bangsa semut, kita bisa mencapai sukses yang luar biasa, jika kita berusaha semaksimal mungkin, niscaya, Ikatan batin kita ini akan dikenang! Tau Ji�e Naja, Now and Forever. Sukses buat kita semua�! Mai Sai�. Dari Padi lima Rapa Ndawi !!!
Suni

PRANATA SOSIAL MASYARAKAT LIO-ENDE

0 komentar
Dalam Struktur keulayatan masyarakat Lio, ada berbagai macam tata cara seremonial adat yang mana nilai � nilai luhurnya masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Semua ini berasal dari warisan para leluhur yang sejak pertama kali telah menanamkan tonggak bersejarah munculnya tradisi-tradisi tersebut. Dalam episode � episode sebelumnya orang Lio telah mengenal macam - macam benda sacral peninggalan leluhur yang melekat bersama masyarakat local yakni;

1. Sa�o Ria Tenda Bewa; Rumah adat yang sudah dilengkapi pranata sosial lainya. Dalam Rumah adat juga dilengkapi tenda atau semacam aula besar tempat untuk pertemuan para tokoh adat untuk melaksanakan seremoni adat sekaligus membicarakan sengketa � sengketa yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat setempat.


2. Wisu Lulu; semacam Altar didalam rumah adat. Sebagai tempat penyimpanan benda - benda peninggalan nenek moyang seperti: Aje Londa (Rantai Emas), Gela mesi/lambo su�a (semacam gelang yang terbuat dari emas), watu wisu lulu (batu yang diambil khusus dari kali melalui upacara adapt saat seorang tokoh adat meninggal. Batu di Wisu Lulu merupakan simbol kehadiran leluhur secara nyata.

3. Pane Ha�i; Semacam cangkir yang berbentuk piala, terbuat dari tanah liat untuk dipergunakan sebagai tempat minum atau tempat makan. Pane Ha�i hanya dapat dipergunakan pada saat seremoni dan ritual adat dilaksanakan.

4. Bendi; Senapan/senjata yang digunahkan untuk melawan tentara belanda pada jaman dulu. Senjata ini diketahui didapati dari tentara belanda dengan cara dirampas. senjata ini juga diyakini mempunyai kekuatan magis.

5. Wea/ngawu; Emas, yang di yakini warisan para leluhur yang didapati pada saat berperang dengan Belanda. Ada pula emas yang di dapati melalui petunjuk/ ilham sehingga emas � emas tersebut di yakini mempunyai daya magis.

6. Bhaku Rate : Tempat bersemayamnya jasad-jasad dalam bentuk tulang belulang yang sengaja disimpan sebagai wujud untuk menghormati jasah � jasah arwa nenek moyang sudah meninggal. Tempat ini juga kerap di gunahkan untuk pertemuan � pertemuan para sesepuh untuk membicarakan batas-batas keulayatan wilayah kedaulatan dan lain � lain.

7. Heda hanga : Sebuah lapangan yang letaknya di halaman rumah adat sebagai tempat untuk melakukan upacara Mbama atau Gawi (tarian adat Lio).

8. Pusu Lema : Secara harfia kalimat ini dapat diterjemahkan artinya; Jantung dan Lida. Akan tetapi kalimat ini sebenarnya muncul dari bahasa adat lio sendiri yang mengandung makna �Ka Pusu, Pesa Lema�. Pusu Lema adalah satu � satunya icon bukti pengakuan eksistensi terhadap kewenangan Mosalaki (ketua adat/kepala suku) setempat. Oleh karena itu, mosalaki sebagai pemangku adat tertinggi dituntut agar lebih arif dan bijaksana terhadap setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Ini membuktikan mosalaki berhak atas pusu lema karena makna histories dari pusu lema tersebut adalah HATI/JANTUNG yang bersih dan LIDA yang lurus karena ini adalah simbol dari pusu lema tersebut. Satu hal yang paling penting untuk kita ketahui bersama adalah bilamana aji ana (kerabat/keluarga mosalaki ditingkat bawah) mempersembahkan pusu lema kepada mosalaki sebagai pemangku adat tertinggi, mosalaki tersebut harus memahami betul untuk apa pusu lema tersebut. Menurut pikiran hemat penulis, setiap pusu lema yang di persembahkan oleh aji ana kepada mosalaki adalah merupakan wujud dari pada penghormatan yang tinggi kepada arwa � arwa nenek moyang selaku penguasa tanah melalui mosalaki. Oleh karena itu,mosalaki harus melakukan ritual khusus sesajen kepada nenek moyang mewakili aji ana yang di kenal dengan sebutan �Sua sasa, Rewu Rera, Pati Ka Ata Mata�. Sehingga dapat menegaskan kepada kita bahwa eksistensi kehadiran mosalaki tersebut adalah �Mosa Tau Ka Fara No�o Tana, Laki tau pesa bela No�o Watu�, yang artinya Mosalaki dapat menyatukan diri seutuhnya dengan alam melalui wisu lulu (semacam Altar didalam rumah adat). Pusu Lema tersebut kita ketahui diambil dari seekor babi yaitu dari bagian ekor sampai ke kepalanya. Babi tersebut sengaja dipotong sedemikian rupa oleh aji ana (kerabat/keluarga mosalaki ditingkat bawah) sesuai dengan tradisi masyarakat setempat. ini dimaksudkan untuk di persembahkan kepada arwa nenek moyang melalui mosalaki sebagai wujud rasa syukur atas sesuatu hal yang sangat bernilai. Misalnya;

- Upacara Koe Kolu/welu watu (peletakan batu) untuk mendirikan rumah tinggal dan lain sebagainya
- Pembukaan ladang baru.
- Pemberian tanah untuk di garap
- Penyelesaian sengketa antar aji ana.
- Wika tei tanah (berhasil merebut tanah dari pihak lawan atas alasan tertentu) dll.
10. Wula Leja : terbuat dari bambu aur yang di pilih khusus sebagai tempat mediasi turunya Du�a gheta Lulu Wula untuk menyatu dengan Ngga�e Ghale Wena Tana. Biasanya Bambu Aur tersebut ditanam di pojok kanan depan rumah adat ( Sa�o Ria Tenda Bewa). Sehingga muncul istilah dalam bahasa Lio yang menyebutkan Du�a eo Nggoro leka Fi�i Jo, Ngga�e eo wa�u leka Mangu Au. Yang berarti Tuhan turun menyatukan diri dengan bumi+ melalui tempat ini. Masyarakat Lio Sangat meyakini, pada saat � saat tertentu Du�a gheta Lulu Wula akan turun ke bumi sehingga dapat melengkapi makna dari du�a Gheta Lulu Wula soli Ngga�e ghale wean Tana yang artinya; Tuhan yang berada ditempat Yang maha tinggi Dan Menguasai Seluruh Isi Bumi.
Sekian
Suni

MANU LALU, SIMBOL KEKUATAN DAN KEPERKASAAN

0 komentar
Pencetusan MANU LALU sebagai motto Group Ende Lio adalah pilihan bijak karena mempunyai makna yang lugas untuk di renungkan. Asal kata Manu lalu adalah dari bahasa Ende Lio sendiri yang berarti "AYAM JANTAN". Tentunya gambaran ayam jantan disini berarti seekor ayam jantan petarung, kuat, pemberani dan bertajih. Oleh karena itu kalau boleh, saya menyatakan bahwa ayam jantan ini sangat istimewah. Bagi masyrakat Ende Lio, kehadiran ayam jantan sangat menunjang rutinitas masyarakat setempat antara lain membangunkan masyarakat pada dini hari yang masih terlelap untuk melakukan kegiatan - kegiatan sehari-hari. Masyarakat juga dapat mengetahui tanda waktu melalui suara ayam jantan meski pun
tidak memiliki jam tangan atau jam dinding. Selain itu ayam jantan juga di jadikan simbol kekuatan dan keperkasaan laki laki menurut tradisi masyarakat setempat. Tidak heran jika pada saat ritul adat, darah ayam jantan ini kerap digunahkan sebagai sesajen untuk para leluhur yang sudah meninggal yang di sebut dengan "Kuwi rue" artinya upacara memberih makan untuk arwa - arwa nenek moyang. Darah ayam jantan ini juga sering di gunahkan dalam upacara "RA NIA" atau yang sering dikenal dengan upacara selamatan/syukuran. Ihkwal munculnya Manu Lalu sebagai Motto Group Ende Lio berawal pada sekitar 25 tahun lalu oleh seorang Pensiunan Guru (Simon Seke) tepatnya di desa watuneso yang melukis gambar seekor ayam jantan.
Lantas beliau mengartikan MANU LALU dengan singkatan Manusia lapangan Luas. Hal ini lah yang memberikan inspirasi dan motivasi kepada saya untuk memahami makna Manu Lalu secara obyektif. Manusia Lapangan luas di sini menurut hemat saya adalah manusia yang berpikir kritis, kreatif, tegas, mudah beradaptasi, selalu memunculkan pemikiran yang inovatif namun tetap berpegang pada prinsip dan keteguhan sikap. Atas dasar itulah saya menggunakan MANU LALU sebagai makna ganda untuk diijadikan motto Group Ende Lio....

Terima Kasih....

Penulis; Marlin Bato
Suni

TITIK AKHIR SANG PROKLAMATOR

0 komentar
Jakarta , pada hari Selasa, 16 Juni 1970.

Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi.
Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik
strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan
berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran
parkir. Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus
mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari
rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat
sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di
pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang
hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu
tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya
kian menggerogoti kekuatan tubuhnya. Lelaki yang pernah amat jantan dan
berwibawa dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad,
sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup.

Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah
membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya
bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu
mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau,
kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar.
Menahan sakit.
Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini
ergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu. Dua hari kemudian, Megawati, anak
sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya.
Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya,
kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke
telinga manusia yang paling dicintainya ini.

"Pak,Pak,iniEga�?�" .Senyap.

Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir
Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin
mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui
kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya
bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi
tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai.
Soekarno terdiam lagi.

Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang
sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu
menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati
menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar. Jarum jam terus bergerak.
Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara
hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya. Keesokan
hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega
lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan
Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil
dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak
terperi, Soekarno berkata lemah.

"Hatta.., kau di sini..?".

Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau
kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam
kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar.
Sedikit tersenyum menghibur.

"Ya, bagaimana keadaanmu, No?" . Hatta menyapanya dengan sebutan yang
digunakannya di masa lalu.Tangannya memegang lembut tangan Soekarno.
Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang
sangat dihormatinya ini.

Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya
dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika
mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. "Hoe gaat het met jou�?�?" Bagaimana
keadaanmu?
Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di
depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak
lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga
tumpah. Hatta ikut menangis.

Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah
takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat
dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya
siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa
dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

"No�?�"

Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan
lebih. bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya
terguncang-guncang. Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa
baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik
antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali
tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus. Hatta masih
memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi
Soekarno kian tipis. Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno
yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi
membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini
menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan
puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit.
Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter
kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang
paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai
seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan
lama lagi.

Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi
Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan
kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian
tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu
terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua
matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak
bergerak lagi. Kini untuk selamanya sang Proklamator telah pergi. Situasi
di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara
burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang
begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan. Dunia melepas salah seorang
pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi
banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang
manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu
satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter
kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi:
Soekarno telah berpulang ke pangkuan sang pencipta..........
Suni

KAPAN HARI JADI KOTA ENDE ?

0 komentar
Pemerintah Daerah kabupaten Ende bersama para arkeolog sedang mengumpulkan beberapa fakta - fakta sejarah untuk menetapkan hari jadi kota Ende. Namun sampai saat ini masih belum membuahkan hasil. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan sumber - sumber yang akurat mengenai Sejarah berdirinya kota Ende itu sendiri. Bukt...i - bukti peninggalan seperti benda - benda bersejarah pun tidak banyak ditemukan yang dapat dijadikan acuan sebagai tonggak berdirinya kota Ende. Dari beberapa sumber yang sudah dihimpun ternyata memberikan ulasan yang berbeda - beda. Hal inilah yang menjadi kendala....
Hmhmhmhmhmhmh........
Jadi, sebenarnya kapan kota Ende didirikan ?
Suni

PERKAWINAN ADAT LIO (Moni)

0 komentar
Masyarakat suku LIO menganut system patrilineal atau berdasarkan garis keturunan ayah. Sistem ini memperlihatkan posisi atau status atau strata pria lebih tinggi dari perempuan. Seorang pria bisa mempunyai istri lebih dari satu orang�. Tetapi seorang perempuan tidak boleh bersuami lebih dari satu orang kecuali suami pertamanya sudah meninggal. Seorang pria yang beristri banyak atau lebih dari satu, menunjukkan bahwa pria itu dari keluarga berada, atau keluarga bangsawan. Salah satu bukti seorang pria itu dari keluarga bangsawan adalah istri yang banyak, karena keluarga pria itu mampu membayar belis atau mahar atau mas kawin kepada keluarga perempuan. Semakin banyak istri semakin semakin bangsawan keluarga pria itu.
Apalagi pada jaman dahulu, hidup berumah tangga� (suami istri) tidak didasarkan pada rasa saling cinta antara pria dan wanita� tetapi lebih pada rasa suka pria pada seorang wanita. Selain itu, perkawinan atau hidup rumah tangga juga lebih didasarkan atas persetujuan orang tua perempuan (sigadis/pemudi). Sekalipun si pemudi itu tidak mau, tidak merasa cinta dengan pemuda atau pria yang akan dijadikan suaminya itu, tetapi dia tidak bisa melakukan perlawanan terhadap orang tuanya.

Seorang pria dewasa, meskipun sudah beristri lebih dari satu�. tetapi kalau dia melihat seorang pemudi dan suka dengan pemudi itu, maka si pemuda bisa menjadikan nya sebagai istri, setelah membayar belis kepada orang tua dan keluarga pemudi. Kalaupun
perempuan sudah bersuami�. jika ada seorang pria lain yang juga sudah beristri, suka dan tertarik dengan perempuan bersuami itu, si pria lain tadi bisa merampas perempuan itu menjadi istrinya. Ini hanya terjadi pada keluarga bangsawan dan pemberani.
Proses Perkawinan Adat.
1. Tana Ale atau Nai Gare/Masuk Minta.
Tana Ale atau Nai Gare terjadi setelah seorang pemuda melihat seorang pemudi dan merasa suka dan tertarik dengan pemudi itu. Si pemuda kemudian memberitahukan kepada orang tuanya. Orang tua pemuda itu kemudian mencari seorang bapak (bisa dari keluarga sendiri atau orang lain) untuk dijadikan sebagai Juru bicara (dalam bahasa Lio disebut Ha�I jala). Ha�i jala ini kemudian pergi ke rumah keluarga si gadis yang disukai oleh si pemuda tadi. Inilah yang namanya tana ale atau nai gare
Bahasa atau cara yang digunakan �ha�I jala dalam bertanya kepada orang sigadis, adalah dengan bahasa kiasan. Biasanya dengan kiasan jagung muda. (Ame�. Leka ini latu jawa eo kuwa ngura (untuk pemudi yang usianya lebih muda/atau kuwa tua (untuk pemudi yang usianya sudah lebih dewasa). Jika si ha�I jala tidak menyebut dari keluarga mana yang menyuruhnya datang tana ale atau nai gare� maka orang tua si gadis akan bertanya� (Kau mai tana ale naa eo wiwi lema sai????) Jika ha�i jala sudah menyebut orang atau keluarga yang menyuruhnya, maka hanya ada dua jawaban dari keluarga si gadis. Ada dan tidak ada. Kalau ada�. maka orang tua si pemudi akan bertanya kepada si pemudi apakah dia mau dengan pemuda yang datang melalui ha�I jala itu. Jika jawaban pemudi itu�. MAU atau setuju�. akan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Saat itu dibicarakan atau disepakti waktu untuk ha�I jala dari keluarga pemuda untuk datang lagi, melakukan peminangan.Tetapi jika tidak setuju maka prosesnya berhenti di situ.
2. Ruti Nata/Pinangan
Setelah proses tana ale atau nai gare, proses berikutnya adalah ruti nata atau pinangan. Ha�i jala atau juru bicara dan beberapa orang dari keluarga pemuda serta pemuda itu sendiri datang lagi ke rumah sigadis (sesuai waktu yang telah disepakati) untuk melakukan peminangan atau ruti nata. Dalam peminangan�. Ha�i jala dan beberapa keluarga pemuda membawa emas / ngawu (ame mbulu- apakah ame bulu setengah (dua buah) atau ame mbulu seliwu (empat buah) bisa juga ame mbulu rua atau ame mbulu sutu.
Emas atau ame mbulu ini sebagai tanda (pengikat/ ru�u tu�u jaga rara) bahwa sigadis itu sudah ada yang punya. Si gadis tidak boleh jatuh cinta kepada lelaki lain. Jika tidak� akan dikenakan denda / gelu� yang nilainya bisa dua sampai tiga kali lipat dari yang diberikan si pemuda. Pada tahap ruti nata, pembicaraan antara keluarga pemuda dan keluarga pemudi sudah diwakili oleh masing-masing juru bicara. Isi pembicaraan seputar besar dan banyaknya jumlah belis dan waktu untuk mengantar belis. Soal besar dan banyaknya belis� biasanya berpatokan pada besar dan banyaknya belis si ibu pemudi dulu. Tetapi yang intinya adalah ae susu ine (Air Susu Ibu), Ata Godo (orang yang member belis si ibu dulu), Pido Pu�u Re�te Kamu (Eda/Om/Paman), Fu�u Ae (nenek/opa/oma), Mbedi Sau (nara/ saudara laki-laki) dan majo (untuk keluarga yang lain). Belis berupa emas (ame mbulu), ternak (sapi, kerbau, kuda dan babi).
Ada pula jenis belis yang harus disiapkan keluarga laki-laki, jika si pemudi yang disukainya itu, mempunyai seorang kakak juga pemudi tetapi belum kawin. Kakak perempuan pemudi itu juga harus dihargai dengan belis atau mas kawin, karena telah mengizinkan adiknya untuk lebih dahulu menikah. (Muku Te�a ndore ngara). Belis ini tidak berlaku jika kakak perempuan itu seorang laki-laki, karena dia akan mendapat belis yang namanya Mbedi Sau.

3. Tu Ngawu / Antar Belis
Tu ngawu atau antar belis ke pihak keluarga pemudi merupakan tahap berijkutnya dalam proses perkawinan adat Lio (Moni). Jika belis yang diminta pihak keluarga pemudi semuanya bisa dibawa saat itu�. maka si pemudi bisa langsung diboyong ke rumah si pemuda untuk beberapa waktu� guna mengenal atau berkenalan lebih dalam dengan keluarga si pemuda� kemudian kembali ke rumahnya untuk dilakukan hando tu�.
Tetapi, kalau belis yang diminta tidak bisa dipenuhi saat itu, maka si pemudi belum bisa diboyong. Hando tu pun belum bisa dibicarakan. Bahkan keluarga pemuda yang datang saat itu juga belum diberi makan (pati ka are nake). Selama pembicaraan berlangsung, mereka hanya diberi makan kibi (emping beras), ndene/filu (kue cucur) dan minum tuak/moke.
Di sini� peran Ha�I jala atau juru bicara sangat menentukan. Apakah belis yang diantar itu bisa diterima atau ditolak. Karena itu� ha�i jala atau juru bicara dicari orang yang benar-benar memahami seluk beluk dalam pembicaraan Tu Ngawu. Jika ha�i jala atau juru bicara pintar melunakkan atau meluluhkan hati keluarga pemudi, maka meskipun belis yang diminta belum dipenuhi seluruhnya, tetapi keluarga pemudi bisa menerima belis yang diantar itu. Sehingga para juru bicara sudah bisa membicarakan waktu untuk hando tu si pemudi ke rumah si pemuda.

4. H(k)ando Tu/ hantar pemudi ke rumah pemuda
Ini merupakan tahap akhir dari proses perkawinan adat suku Lio versi Moni. Pihak keluarga pemudi serta kerabat kenalannya, mengantar si pemudi ke rumah pemuda yang akan menjadi suaminya. Keluarga si pemudi yang menghantar si pemudi ini, tidak hanya menghantar si pemudi toch. Tetapi mereka juga membawa beras, padi serta kain sarung (lawo dan ragi).
Apa yang diungkapkan ini merupakan tahapan yang seharusnya dilalui oleh setiap orang di wilayah Lio jika ingin membangun hidup rumah tangga.
Tetapi, tidak jarang terjadi jalan pintas, atau potong kompas. Orang memilih untuk jalur yang lebih singkat. Hal ini terjadi karena beberapa hal, seperti penolakan cinta saat Tana Ale, atau karena besarnya belis yang diminta.
Paru Kaki / Paru Dheko
Pemuda yang sudah jatuh cinta pada sipemudi� akan melakukan deo gaoLangkah ini ditempuh sebagai cara untuk mempermalukan keluarga si pemudi, karena telah menolak cintah si pemuda; atau untuk meringankan beban besarnya belis yang diminta pihak keluarga perempuan. Tetapi jika si pemudi tetap menolak, maka pihak keluarga si pemudi dapat melaporkan ke pihak tua adat RIA BEWA untuk member sanksi adat (Ndate Wale) kepada si pemuda.
Tetapi kalau keluarga perempuan yang merasa malu, maka mereka akan melakukan khado tu si pemudi ke pemuda yang telah deo gao tadi. Atau si gadis, karena malu, tanpa memberitahukan kepada keluarganya langsung lari ikut dengan sipemuda tadi.
Paru K(h)aki juga bisa terjadi,ketika orang tua si perempuan tidak setuju dengan pria atau pemuda pilihan anak gadis mereka. Misalnya pada saat keluarga si pemuda Tana Ale atau Nai Gare� pihak orang tua si gadis tidak setuju dengan pemuda itu tetapi anak gadis mereka setuju, maka anak gadis itu akan lari ikut atau paru k(h)aki atau paru dheko. Jika terjadi demikian, maka belis atau mahar sudah tidak dibicarakan lagi. Artinya, pihak keluarga perempuan akan menerima besarnya belis yang dibawa oleh pihak keluarga laki-laki.
Paru k(h)aki bisa terjadi, pada tahap Ruti Nata. Ketika belis yang diminta terlalu besar jumlahnya, dan pihak pemuda tidak sanggup untuk memenuhinya, biasanya si pemuda mengancam akan merantau� atau dia akan mencari pemudi lain�..Bila si pemudi itu benar-benar cinta dengan si pemuda, tentu dia akan lari ikut atau paru dheko dengan laki-laki pilihannya.
Selain deo gao yang dilakukan pemuda terhadap pemudi, di wilayah Lio khususnya di wilayah Moni ada juga dikenal dengan SUBE DE. Sube de dilakukan oleh pemudi terhadap pemuda. Sube de terjadi, jika seorang gadis jatuh cinta pada seorang pemuda, tetapi si pemuda (sengaja) tidak menanggapinya. Si gadis yang melakukan Sube de�tentu sudah ada persetujuan dengan keluarganya terutama keuda orang tuanya. Untuk melakukan sube de� si gadis tentu menggunakan strategi, misalnya dengan mengundang si pemuda pujaannya itu datang ke rumahnya. Agar aksinya bisa diketahui banyak orang, si gadis meminta bantuan seseorang untuk berada di sekitar rumahnya. ketika sigadis melakukan sube de� orang itu segera memberitahukan kepada orang lain� bahwa si gadis A telah sube de pemuda si B� kalau terjadi sube de� maka si pemuda bisa bebas dari belis atau mas kawin.

Di samping perkawinan adat dengan tahapan yang telah dipaparkan tersebut, di wilayah Lio, khususnya di wilayah Moni, ada juga perkawinan ana eda dan perkawinan pa�a tu�a.
1. Perkawinan Ana Eda
Pada zaman dahulu, perkawinan ana eda (pemuda menikah atau kawin dengan pemudi yang merupakan anak dari saudara perempuan dari ibu si pemuda) merupakan hal yang biasa. Perkawinan macam ini dimaksudkan tidak menghilangkan hubungan atau pertalian darah. Sangat lazim pemuda mencari atau dicarikan calon istri dari salah satu anak perempuan saudara laki-laki dari ibu si pemuda. (Cross Couisins). Bentuk perkawinan cross caousins inilah yang menyebabkan anak-anak dari kecil sudah dipasang atau dijodohkan oleh kedua orang tua. Setelah dewasa, keduanya dinikahkan atau dikawinkan.
2. Perkawinan Pa�a Tu�a
Perkawinan pa�a tu�a, selain terhadap ana eda�karena sejak kecil sudah dijodohkan�. Tetapi bisa juga terjadi karena utang piutang. Suatu keluarga yang berutang kepada keluarga yang lain, akan membayar utang dengan menjodohkan atau mengawinkan anak perempuannya dengan keluarga pemberi utang.
(Catatan : dua model perkawinan ini, sekarang sudah jarang bahkan tidak pernah terjadi. Pemuda dan pemudi sudah tidak mau dijodohkan sejak kecil. Kalau mereka di jodohkan sejak mereka masih kecil, setelah mereka dewasa, mereka akan mencari pasangan atau pendamping yang mereka cintai.


Sumber : cerita lisan orang tua di Moni.
Suni

BUNG KARNO PERMATA HATI KOTA ENDE

0 komentar
Sejarah telah membuktikan banyak fakta bahwasanya Perjalanan mantan Presiden Indonesia yang pertama yaitu BUNG KARNO pernah menjejahkan kaki di kota Ende. Ini dapat mengungkapkan kepada kita bahwa Ende telah menorehkan dan mencatat beberapah peristiwa penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kala itu Ende adalah kota terpencil, secuil dari bagian NKRI yang kurang mendapat perhatian sang penguasa, bahkan terlepas dari kaca mata dunia. Namun ternyata menyimpan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia melalui sosok Bung Karno. Beragam khazana budaya pun tidak kalah menarik untuk diketahui dan di pahami. "Bung Karno menjadi sekrup kecil yang sangat menentukan ketika sejarah menemukan jalannya. Pada waktu pembuangan di Ende, Bung Karno banyak berkreasi melalui
pemikirannya yang jenius seperti; melukis, membuat ukiran, membentuk kesenian Tonil bahkan beberapah naska Tonil berhasil di rangkumnya antara lain berjudul; Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKuthi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dijnamiet, dan Dr. Syaitan dan masih banyak lagi karya Beliau lainya yang tidak disebutkan. Hasil karya yang paling spectakuler adalah perumusan Pancasila yang masih digunahkan sebagai Dasar Negara sejak kelampauan, kekinian bahkan akan datang. Dalam kesendiriannya, ketika itu, Bung Karno berjalan kaki ke alun-alun. Dia berteduh di bawah pohon sukun. Di bawah pohon sukun tersebut Bung Karno merenungkan dan mendapat Ilham tentang Pancasila. �Karena daun sukun menjari lima, terinspirasikanlah Pancasila. Lima sila,�....
Bung Karno adalah sosok yang sederhana, berwibawah, berpengaruh serta berkharisma sehingga mendapat tempat tersendiri dalam lubuk hati masyarat Indonesia yang terdalam. Meski demikian Beliau juga banyak menimbulkan pro dan kontra di mata dunia. Kepada penulis biografinya, Cindy Adams, Bung Karno mengibaratkan dirinya dikutuk seperti bandit, dan dipuja laksana Dewa. Beberapa Media massa Barat membuat laporan-laporan yang mendiskreditkan Bung Karno, meski sumbernya seorang abang becak, yang entah faktual entah fiktif. Hal itu tentu menjadi kontradiktif dengan sisi yang lain, yang menggambarkan begitu ia dipuja bagaikan Dewa.
Dubes senior Inggris di tahun 60-an pernah berkirim surat ke alamat Downing Street 10 London (alamat Kantor Perdana Menteri). Tulisnya, �Presiden Sukarno tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikuasai. Dia seperti tikus yang terdesak.�

Hmhmhmhmhmhmhmhmhmh................
Sekarang hasil karya Bung Karno Berupa Naska Tonil yang sudah di bawah ke jakarta di nyatakan Raib. Entah kemana perginya tidak ada sepotong manusia pun yang tahu.
Mungkinkah Naska Tonil tersebut kembali ke pangkuan Bung Karno sendiri ?
Misteri.....Misteri.....dan misteri.... serta Misteri...........

Bung Karno, engkaulah sahabatku, guruku, bapakku dan pemimpinku. Engkau telah memberikan seberkas sinar dan secercah harapan untuk kemasyuran Ende kota perjuanganku.
Bung Karno, engkaulah Permata Hati Kota Ende.....
Semuanya sudah tersirat dan tersurat untukku di sini..............
Suni

JEJAK KOTA ENDE

0 komentar
Ende adalah sebuah kota kecil yang tepat berada di tengah-tengah pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Kota yang elok, Nyaman,Dinamis dan Efektif, merupakan Kota tempat para pelajar dari penjuru Flobamora berkumpul untuk menuntut ilmu. Kota yang menjadi sentral untuk daerah-daerah di pulau Flores. Ende kota kecil yang sarat sejarah. Mengenal Ende berarti mengenal Tri warnah Kelimutu., Mengenal Ende berarti mengenal pula sejarah Lahirnya Pancasila. Tempat di mana Bung Karno pernah singgah pada masa
pembuangan dan merumuskan Pancasila yang sekarang menjadi Dasar Negara kita. Ende juga merupakan Pusat Keuskupan Agung untuk wilayah Flores.Kota yang strategis di apiti oleh 3 gunung yang menjulan tunggi dan memiliki 2 pantai yang indah. Ende memang Kota kecil namun Ende merupakan kota dimana orang-orang dari berbegai penjuru di Nusa Tenggara Timur datang untuk mengenyam pendidikan dan mencari perkerjaan. Kota kecil yang padat penduduk ini makin di persempit oleh perluasan area Bandara. tidak masuk akal bila kota kecil yang padat penduduk dan di juluki kota pelajar ini kemudian dipersempit dengan area Bandara. Mungkin sekarang belum terasa tapi sepuluh sampai dua puluh tahun nanti akan terasa suara bising ulang-aling pesawat yang sudah pasti akan mengganggu segala aktifitas penduduk kota. Seharusnya Pemerentah daerah mencari tempat yang cocok untuk pembangunan Bandara asal jangan di tengah-tengah kota, dan tempat tersebut bisa di jadikan perkantoran atau perumahan bagi penduduk kota. dengan begitu Ende akan terlihat lebih Elok, Nyaman, Dinamis, dan Efektif. ATA ENDE...
Suni

Tawk.to